jump to navigation

Ebony and Ivory September 21, 2008

Posted by tantikris in music.
trackback

Ada lagu baru pada latihan paduan suara kemarin sore dan aku langsung menyukainya begitu membaca sekilas partitur yang disodorkan padaku untuk kuiringi musiknya. Tampaknya ini adalah sebuah lagu dengan melodi dan harmonisasi yang bagus, syairnyapun indah menyentuh hati, berisi pujian bagi  kemuliaan Tuhan. Tapi begitu kulihat nada dasarnya do = Es… waduh.. rasanya terbayang ribetnya dalam mengiringi nanti (maklum deh, aku ini kan bukan expert) terbayang musti main dengan chord-chord  yang sulit dimana banyak memencet tuts-tuts hitam pada piano …. alamak !

 

Setelah berkonsultasi sebentar dengan pemimpin paduan suara, aku mencoba membuat kompromi dengan menurunkan nada dasarnya menjadi D, maksudnya sih supaya aku lebih mudah memainkannya, toh cuma turun setengah nada ini. Tapi, setelah dinyanyikan bersama, hal ini menuai protes dari penyanyi alto dan bass. Rupanya rentang nadanya cukup jauh sehingga waktu diturunkan, tadi nada terendahnya menjadi sulit terjangkau. Tanpa pikir panjang aku segera mengaktifkan fungsi transpose pada keyboard, (untung latihannya tidak pakai piano akustik hihi…) jadilah aku mengiringi lagu baru itu dengan nada dasar do = Es  tanpa kesulitan berarti, tanpa terlalu banyak ‘bersentuhan’ dengan tuts-tuts hitam itu…

Entah kenapa tidak terlalu suka kalau harus banyak berhubungan dengan tuts-tuts hitam itu. Di benakku langsung terpikir bahwa mereka identik dengan kres dan mol yang sulit untuk dimainkan. Nah, kenapa aku milih-milih yah? Padahal kan pada piano ada 36 tuts hitam dan 52 tuts putih yang tersusun berselang seling sesuai tangga nada, dan karena itu mereka juga disebut sebagai ebony (yang hitam) and ivory (yang putih). Semua nada punya peran dalam membentuk suatu harmoni yang indah.

 

Aku jadi ingat lagunya Paul McCartney :

Ebony and ivory live together in perfect harmony
Side by side on my piano keyboard, oh Lord, why dont we?

 

We all know that people are the same where ever we go
There is good and bad in evryone,
We learn to live, we learn to give
Each other what we need to survive together alive.

 

Ebony and ivory live together in perfect harmony
Side by side on my piano keyboard, oh Lord, why dont we?

(Ebony & Ivory,  http://www.youtube.com/watch?v=sssqBjaTzOU )

Indah sekali lagu ini.

Lagu ini dinyanyikan secara duet oleh Paul McCartney yang “putih” bersama Stevie Wonder yang “hitam” .Liriknyapun menunjukkan secara jelas pesan yang ingin disampaikan pada pendengarnya :

hidup berdampingan dengan harmonis !!

 

Manusia hidup tidak sendiri, memang ada kecenderungan untuk berkelompok dengan sesama yang mempunyai minat dan pemahaman sama, tetapi diluar itu ada pula kelompok orang lain yang punya ciri, sifat, kepribadian, bakat, budaya, kepercayaan yang berbeda. Kalau semuanya adalah ivory nada yang akan terdengar pastilah monoton, untuk itu ada ebony yang akan memberi warna dan aksen  sehingga terdengar harmoni yang indah.

 

Ada sebagian orang yang tidak mau memahami atau melupakan prinsip hidup majemuk bersama orang lain. Beberapa orang hidup seperti katak dibawah tempurung yang merasa dirinya atau kelompoknya adalah yang paling baik dan paling benar. Sering kali pula kelompok ini memandang suatu persoalan menurut kacamata pemahamannya, tidak mempedulikan bahwa orang lain mungkin punya pemahaman yang berbeda.

 

Ada pula sebagian yang menolak untuk berhubungan dengan kelompok lainnya (lebih ekstrimnya kadang malah berkonfrontasi) dan membuat suatu persepsi atau penilaian tanpa mencoba memahami dimana perbedaan cara pandangnya. Mungkin seperti aku tadi yang enggan untuk banyak bersentuhan dengan tuts –tuts ebony karena sudah punya persepsi bahwa itu akan sulit. Alih-alih berlatih, aku malah mencoba menghindarinya sebisa mungkin. Padahal sebenarnya itu semua terjadi karena kemampuanku yang terbatas, kalau aku lebih mengasah kemampuan musikku, persepsi itu akan terbukti tidak benar, mestinya semua dapat dimainkan dengan mudah dan menyenangkan.

 

Tidak sepatutnyalah seorang menganggap dirinya yang paling baik, kalau itu yang dilakukan maka mungkin dia seperti katak di bawah tempurung tadi. Hidup ini majemuk dan beraneka. Bila masing-masing orang bisa bersikap rendah hati, dimana seorang menganggap yang lain lebih utama dari dirinya sendiri akan terciptalah suatu harmoni yang indah. Setiap perbedaan akan saling memberi dan melengkapi, bukankah akan lebih indah bila dunia ini berwarna-warni?

 

Selesai latihan paduan suara, saat para anggota meninggalkan ruangan, aku masih tetap duduk bermain didepan keyboard, bukan melatih lagu yang tadi dengan do = Es sih (hihi..dasar males) tapi menyenandungkan lagu ini :

Ebony and ivory live together in perfect harmony
Side by side on my piano keyboard, oh Lord, why dont we?

…………………………

Mari, ada yang mau menyanyi bersamaku?

 

 

 

 

 

 

Comments»

1. erna - September 21, 2008

Aku..! Aku mau nyanyi sama kamu Tan.. Tapi pasti deh kamu jadi tutup kuping dan lari menjauh.. lha wong suaraku kayak kaleng diseret…he..he..he.. BTW. hari minggu lalu aku lihat Mario Teguh di Metro dengan lagu itu… beberapa hari ini lagu itu sering terngiang ditelingaku…e..e lha kok kamu nulis ini.. kebetulan lain yha Tan?

Lho.. aku ini ngajak nyanyi bareng kok, bukan lari-lari bawa kaleng..hihi… Wah, aku lagi jarang nonton tivi nih Na…nggak nonton Mario Teguh…

2. Ikkyu_san - September 22, 2008

Yuuuuk…. Aku juga suka lagu ini
kebetulan suaraku alto jadi cocok sama si ebony… expert nada setengah hihihi.
Sayang kita jauh ya…

Memang Tuhan menciptakan segala sesuatu berpasangan ya. Ada yang hitam pasti ada yang putih. Dan kenapa juga piano bukan hitam dan merah misalnya. (Udah dari sononya lagih). Dan kalau mau meninjau analog ini lebih lanjut, Ada Wanita dan ada Pria. Memang seharusnya berpasangan, bersandingan dan mempunyai tugas/kewajibannya masing-masing.
TFS Tanti

EM

Nah, udah ada suara sopran dan alto…ayo kalo gitu kita nyanyi bareng…Eh, tapi masih perlu tenor dan bass biar lebih harmonik ya…
Pria dan Wanita… hmm… ya benar, memang diciptakan untuk berpasangan, bersandingan dan saling melengkapi 🙂

3. Yoga - September 22, 2008

Mbak saya suka sekali dengan isi tulisan ini. Sarat makna dan indah. Seandainya bisa terwujud, kedamaian di dunia, laiknya Ebony & Ivory. I wish.

Wish on dear, keep wishing 🙂

4. nita - September 23, 2008

wah gak bisa nyanyi..suaraku sumbang

berbeda itu indah bagi yg bisa menerima, bagi yg gak akhirnya membawa pd konflik

menurutku perbedaan itu harus diapprocah, bukan dijauhi, agar kita jadi terbiasa berbeda

dulunya saya kurang bisa menerima ini, tapi setelah di sini belajar utk bisa menerima perbedaan dan juga berani menjadi berbeda (maksudnya nggak membeo saja apa yg dikatakan orang)

berbeda juga bukan berarti menyetujui segala apa yg dikatakan/dipahami/diyakini pihak/kelompok lain

perbedaan itu menjadi nikmat ketika setiap orang bisa bebas berdebat, berargumentasi dg kepala dingin…dunia jadi lebih dinamis dan gak stagnan

cheers

Yak… dunia yang dinamis dan berwarna-warni.
Cheers !!

5. Daniel Mahendra - September 23, 2008

Hayo… lagi inget siapa…

Lagi inget Paul McCartney & Stevie Wonder !! 😉

6. marshmallow - September 23, 2008

makanya ada penyanyi bersuara bagus seperti mbak tanti dan ada pendengar bertelinga bagus seperti akyu…
hihi…
(soalnya mau bilang bersuara bagus seperti mbak tanti dan bersuara sember seperti aku rasanya gak tega pada diri sendiri) :mrgreen:

Aih… bu dokter bisa aja deh… 🙂

7. mascayo - September 23, 2008

bener nih ngajak nyanyi ? … ndak nyesel nanti … ? hehehe ..
perbedaan itu adalah rahmatNYA , tinggal bagaimana kita menempatkan dengan semestinya.
(*kapan ya saya bisa bertutur ceria seperti mbaknya ? )

Nggak… nggak nyesel kok… nyanyi bareng-bareng akan membuat suasana ceria kan, jadi bukan saja bertutur ceria tapi juga bernyanyi ceria…. 😉

8. sigid - September 23, 2008

wah kalo soal nyanyi sih saya pasti mendingan hii… hi…
saya yang baca puisi ajah deh, boleh?

Boleh..boleh…. dengan senang hati… biar suasana tambah semarak nih…

9. yulism - September 24, 2008

Wah…. mbak Tanti tulisannya dalem banget nich. Aku suka sekali dengan lagu itu. Seandanya manusia dimuka bumi ini bisa berfikir jernih seperti yang mbak Tanti tulis pasti tidak akan ada perang, tangisan dan kematian masal serta kelaparan karena ulah manusia. terimakasih sekali mbak Tanti sudah berkenan berbagi. thanks

Sama-sama Yulis, senang bisa berbagi sesuatu, mudah-mudahan berguna.

10. tutinonka - September 25, 2008

Kalau saya nyanyi, teman-teman bilang begini : “Kamu memang bagus kalau menyanyi, tapi lebih bagus lagi kalau … tidak menyanyi.” Hahaha.
Wah, ternyata Mbak Tanti ini pemusik to (maklum baru kenal, jadi baru tahu sekarang). Saya penggemar segala aliran musik, tapi tidak bisa memainkan satu alat musik pun. Pengin sih belajar memainkan organ, tapi kayaknya sudah terlambat banget deh.
Tapi say suka nyanyi (meskipun orang nggak suka mendengarkan suara saya … wakaka). Saya juga suka lagunya McCartney ini, meskipun nggak hafal liriknya.
Selamat bermusik, Mbak Tanti.

Wah, saya bukan pemusik Mbak, cuma suka bermain musik…tapi bukan ahlinya 😉
Eh Mbak, nggak ada kata terlambat untuk memulai.. ayo dicoba main organ…senang lho bisa mengekspresikan rasa melalui musik…
Nah, selamat bermusik juga!

11. mierz - September 25, 2008

wah ,ibu ini jago main piano ya ??
ajarin don bu…
heheh…

Waduh…. bukaaan…
saya bukan jago main piano, cuma suka memainkannya saja,
bukan pula guru piano,
jadi.. gimana mau ngajarinya yah? 🙂

12. dyah suminar - September 26, 2008

Tuh kan…tuts tuts piano saja bisa jadi inspirasi tulisan yang sangat baik…Seandainya…banyak orang menyukai musik,,dan paham bahwa musik adalah gabungan dari beberapa unsur alat yang berbeda…tapi mampu menghasilkan harmoni suara dan keindahan ,mungkin dalam kehidupan akan terwujud mencari kesamaan dalam perbedaan…Ora mung okol2an..saling mencurigai,,karena alasan BERBEDA.

padahal berbeda itu indah ya Bu? 🙂

13. sonyssk - September 28, 2008

aku jadi terkenang, bagaimana kondisi kayu hitam (ebony) kita di Sulawesi, diseludupkan, ditebangi dan dijadikan ajang pelanggaran hukum dan lingkungan. sama juga dengan di sumatera gajah-gajah kehilangan habitat, karena perambahan hutan baik di TNKS maupun TNGL, nasib gading yang kian mengenaskan. Ebony and Ivory memang padu dan harmony kalau sudah jadi piano, tapi bagaimana hidup mereka sebelumnya, sangat sangat kurang penghargaan. mari kita selamatkan lingkungan dengan cara apa saja sesuai dengan keahlian kita.

Hmmm… aku jadi ikut merenungkannya, terima kasih telah mengingatkan…
Aku jadi berpikir, mengingat piano ini terbuat dari sesuatu yang sangat berharga, mestinya melodi harmonis yang dihasilkannya sepadan dalam memberi sesuatu yang bermakna dan bernilai pada jiwa orang-orang yang memainkan dan mendengarkannya…bukan asal bunyi dan sesuatu yang asal lewat ajah….

14. jeunglala - September 30, 2008

Ah, another pianist friend…
Saya selalu kagum dengan orang-orang yang bisa bermain musik, Mbak… Terlebih, piano. Piano adalah the best music instrument ever! Ya, paling tidak… buat seorang saya ini 🙂

Eniwei..
Love the writing.
Suatu cerita yang diinspirasi dari keengganan Mbak Tanti menekan-nekan tuts hitam di keyboard. Ah, dari situ mengalirlah cerita yang sungguh inspiring… sekaligus mengingatkan kita bahwa kita semua adalah manusia-manusia yang memang sengaja diciptakan olehNya dengan model, bentuk, sifat, dan karakteristik yang berbeda… dengan maksud untuk saling melengkapi dan memberikan manfaat satu sama lain.

I love this, Mbak.
Makasih yaa…

Have a great long holiday!

Sama-sama La, senang bisa berbagi sesuatu yang indah 🙂

15. nh18 - October 13, 2008

Weeeiiiiss …
D … dua kres
Tuts hitam musingin … ya iyalah …

Kita akan menyanyikan lagu dengan dasar nada G#
Mampus …
(untung sekarang ada otomatic transpose di piano / keyboard elektrik ya …) (hehehe) (C lagiiii C lagiii …)
F lagiii F lagiii … or … G lagiii … G lagiii
Hehehe

Nah, perkenalkan…saya Miss Transpose alias Miss C-selalu …. hehehe….;)

16. nh18 - October 16, 2008

Tanti # …
hihihihiih … sama …
I am Mr Transpose … (kalo F-Bmol atau G dan D ajasih … OK lah …)

eh, iya, sama juga tuh…. klo D, F, G ayuuk ajah…
jadi… Hidup Transpose !!!.. 😉

17. does it only happen in the movies? « the blings of my life - December 15, 2008

[…] adalah a must visit blog karena saya telah jatuh cinta pada salah satu postingnya yang berjudul Ebony and Ivory. Setelah numpang baca dan komentar berkali-kali di blognya, saya semakin mengagumi Mbak Tanti, […]

Aih, aku jadi tersanjung La… it’s just ordinary me deh.
But thanks anyway…. bangga lho dikagumi sama seorang penulis 😉

*hiks… terharu*

18. japspress - December 15, 2008

Tulisan yang manis, Mba… hmm… saya mau belajar piano dari dulu ndak jadi2. jadi lum akrab deh sama si eboni dan ivory hehehe… karena perbedaan itu indah. setujuuuuu…. salam -japs-

Terima kasih.
Eh, gimana kalo mulai sekarang belajar pianonya? ntar keburu lupa lagi.. 🙂
Salam !

19. THE BEST FROM MY FRIENDS #2 « The Ordinary Trainer writes … - January 5, 2009

[…] Tanti (#) : EBONY AND IVORY […]

Wah, terima kasih Om Trainer….
suatu kehormatan bisa masuk kaleidosblog !! 🙂

20. g marga - March 9, 2011

indah indah sekali tulisan ini, touching.
kadang kita lupa bahwa kita ini seharusnya bisa berdampingan bahkan bersama bisa menjadi indah (meski untuk itu butuh pengertian krn jejer dengan pribadi yang nyata-nyata berbeda hitam putih) hrs belajar panjang sabar dan toleransi besar. Thanks Mbak pencerahannya


Leave a comment